Seorang wanita kedudukannya sama dengan pria dalam hal pahala dan keutamaan di sisi Allah SWT. Hal itu bergantung pada kadar keimanan dan amal sholeh. Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Sesungguhnya wanita itu adalah saudara laki-laki.” (HR. Abu Dawud). Seorang wanita boleh meminta haknya atau mengadukan kedzaliman yang ia alami.
·
Aturan
yang terdapat dalam agama Islam adalah diperuntukkan bagi laki-laki dan wanita
kecuali nash (ayat/hadist-pent) yang menyebutkan tentang perbedaan antara keduanya
dalam hukum/perkara tertentu yang tidak banyak bila dibandingkan dengan
hukum-hukum lainnya.
·
Syari’at
Islam memahami perbedaan laki-laki dan wanita dalam kodrat dan kemampuan
masing-masing. Allah berfirman: “Apakah
Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui ?” (QS. Al Mulk: 14)
Maka
wanita memiliki tugas yang khusus baginya, begitu pula halnya dengan laki-laki.
Percampuran antara kedua tugas tersebut akan menyebabkan ketidak seimbangan
dalam kehidupan. Bahkan wanita mendapatkan pahala seperti laki-laki meski ia
berada di dalam rumahnya.
Diriwayatkan
dari Asma’ binti Yazid r.a bahwa ia datang pada Nabi Muhammad SAW. Ketika
beliau sedang berada diantara sahabatnya. Asma’ menuturkkan: “Ayah dan ibuku adalah tebusanmu.
Sesungguhnya aku adalah utusan kaum wanita kepadamu. Dan aku akan menjelaskan
tebusan itu padamu. Tiada seorang
wanitapun baik dari Timur maupun Barat yang mendengar atau tidak tentang
pengaduanku ini melainkan mereka adalah sependapat denganku. Sesungguhya Allah
SWT. Telah mengutus anda dengan membawa kebenaran pada kaum laki-laki maupun
wanita. Maka kamipun beriman kepadamu dan Tuhan yang mengutusmu. Akan tetapi
kami kaum wanita tidak sebebas laki-laki, (kami) adalah pondasi rumah, tempat
laki-laki menyalurkan syahwatnya, yang melahirkan anak-anak. Sedangkan kalian
wahai kaum laki-laki, dilebikan dari kami dengan bisa menunaikan shalat Jumat dan
shalat berjamaah, mengunjungi orang yang sakit, menyaksikan jenazah, meunaikan
haji berulang kali, dan lebih utama dari itu berjihad fi sabilillah. Kaum
laki-laki jika hendak berhaji, umrah atau berjaga di medan perang, maka kamilah
yang memelihara harta dan memintal pakaiannya. Selain itu kami juga mendidik
anak-anak. Maka apakah kami juga mendapatkan pahala wahai Rasulullah SAW. ?”
Maka beliau menoleh dan mengarahkan seluruh wajahnya pada para sahabat seraya
bersabda: “Apakah kalian pernah mendengar
ucapan wanita yang lebih baik dari permintaannya dalam urusan agama ?” Para
sahabat menjawab: “Wahai Rasulullah SAW
kami tidak mengira ada wanita yang mengutarakan hal itu.” Lantas Nabi
Muhammad SAW mengahadap ke arah wanita itu dan bersabda: “Berpalinglah wahai wanita, dan kabarkanlah pada wanita lainnya bahwa
sikap kalian berbakti kepada suami, berusaha mendapat keridhaan darinya dan
menunggu persetujuannya adalah sebanding dengan itu semua.” Maka wanita itu
berpaling seraya bertahlil dan bertakbir karena saking bahagianya.” (HR.
Baihaqi)
Pernah
suatu ketika para wanita mengadu pada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullalh SAW, kaum laki-laki memperoleh keutamaan dengan
jihad fi sabililah, apakah bagi kami juga ada amalan yang bisa sebanding dengan
para mujahid fi sabilillah ?” Maka Rasululah menjawab: “Tugas kalian di rumah menyamai amalan mereka yang berjihad di jalan
Allah.” (HR. Baihaqi). Bahkan (dalam agama Islam) perbuatan baik pada kerabat wanita memiliki
pahala yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang berinfaq pada dua anak wanita atau dua suadara
kandung wanita atau dua kerabat wanita, yang mana ia berniat menafkahi keduanya
sampai Allah SWT memberi kecukupan pada keduanya dengan karunia-Nya maka
keduanya akan menjadi tirai bagi orang-orang yang berinfaq tadi dari api
neraka.” (HR. Ahmad dan Thabrani)