Minggu, 07 September 2014

WANITA DALAM ISLAM


Seorang wanita kedudukannya sama dengan pria dalam hal pahala dan keutamaan di sisi Allah SWT. Hal itu bergantung pada kadar keimanan dan amal sholeh. Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Sesungguhnya wanita itu adalah saudara laki-laki.” (HR. Abu Dawud). Seorang wanita boleh meminta haknya atau mengadukan kedzaliman yang ia alami.
·         Aturan yang terdapat dalam agama Islam adalah diperuntukkan bagi laki-laki dan wanita kecuali nash (ayat/hadist-pent) yang menyebutkan tentang perbedaan antara keduanya dalam hukum/perkara tertentu yang tidak banyak bila dibandingkan dengan hukum-hukum lainnya.

·         Syari’at Islam memahami perbedaan laki-laki dan wanita dalam kodrat dan kemampuan masing-masing. Allah berfirman: “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui ?” (QS. Al Mulk: 14)

Maka wanita memiliki tugas yang khusus baginya, begitu pula halnya dengan laki-laki. Percampuran antara kedua tugas tersebut akan menyebabkan ketidak seimbangan dalam kehidupan. Bahkan wanita mendapatkan pahala seperti laki-laki meski ia berada di dalam rumahnya.

Diriwayatkan dari Asma’ binti Yazid r.a bahwa ia datang pada Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang berada diantara sahabatnya. Asma’ menuturkkan: “Ayah dan ibuku adalah tebusanmu. Sesungguhnya aku adalah utusan kaum wanita kepadamu. Dan aku akan menjelaskan tebusan itu padamu.  Tiada seorang wanitapun baik dari Timur maupun Barat yang mendengar atau tidak tentang pengaduanku ini melainkan mereka adalah sependapat denganku. Sesungguhya Allah SWT. Telah mengutus anda dengan membawa kebenaran pada kaum laki-laki maupun wanita. Maka kamipun beriman kepadamu dan Tuhan yang mengutusmu. Akan tetapi kami kaum wanita tidak sebebas laki-laki, (kami) adalah pondasi rumah, tempat laki-laki menyalurkan syahwatnya, yang melahirkan anak-anak. Sedangkan kalian wahai kaum laki-laki, dilebikan dari kami dengan bisa menunaikan shalat Jumat dan shalat berjamaah, mengunjungi orang yang sakit, menyaksikan jenazah, meunaikan haji berulang kali, dan lebih utama dari itu berjihad fi sabilillah. Kaum laki-laki jika hendak berhaji, umrah atau berjaga di medan perang, maka kamilah yang memelihara harta dan memintal pakaiannya. Selain itu kami juga mendidik anak-anak. Maka apakah kami juga mendapatkan pahala wahai Rasulullah SAW. ?” Maka beliau menoleh dan mengarahkan seluruh wajahnya pada para sahabat seraya bersabda: “Apakah kalian pernah mendengar ucapan wanita yang lebih baik dari permintaannya dalam urusan agama ?” Para sahabat menjawab: “Wahai Rasulullah SAW kami tidak mengira ada wanita yang mengutarakan hal itu.” Lantas Nabi Muhammad SAW mengahadap ke arah wanita itu dan bersabda: “Berpalinglah wahai wanita, dan kabarkanlah pada wanita lainnya bahwa sikap kalian berbakti kepada suami, berusaha mendapat keridhaan darinya dan menunggu persetujuannya adalah sebanding dengan itu semua.” Maka wanita itu berpaling seraya bertahlil dan bertakbir karena saking bahagianya.” (HR. Baihaqi)

Pernah suatu ketika para wanita mengadu pada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullalh SAW, kaum laki-laki memperoleh keutamaan dengan jihad fi sabililah, apakah bagi kami juga ada amalan yang bisa sebanding dengan para mujahid fi sabilillah ?” Maka Rasululah menjawab: “Tugas kalian di rumah menyamai amalan mereka yang berjihad di jalan Allah.” (HR. Baihaqi). Bahkan (dalam agama Islam)  perbuatan baik pada kerabat wanita memiliki pahala yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang berinfaq pada dua anak wanita atau dua suadara kandung wanita atau dua kerabat wanita, yang mana ia berniat menafkahi keduanya sampai Allah SWT memberi kecukupan pada keduanya dengan karunia-Nya maka keduanya akan menjadi tirai bagi orang-orang yang berinfaq tadi dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar